Friday, June 25, 2010

DZIKRULLAH MENCEGAH DIRI DARI PERBUATAN MAKSIAT

Zikir telah menjadi suatu yang mudah disaksikan belakangan ini. Asma Tuhan yang menggema dan isak tangis para pezikir telah menjadi acara televisi yang sangat dramatis. Sepertinya ritual zikir mendapat ruh baru. Spritualitas orang-orang kota telah menjadikan praktek zikir seperti ini sebagai bagian dari budaya modern dan telah menjadi acara televisi yang bisa ditonton oleh orang banyak.

A. Makna Zikir
Secara etimologi, istilah zikir yang telah menjadi khazanah bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab dengan asal kata:ذكر, يذكر, ذكرا , yang berarti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang-ulang. Zikir juga berarti mengingat, mengucapkan, dan menyebut nama Tuhan atau keagungan sifat-sifat-Nya. Disebutkan ذكرت الشيء (aku mengingat sesuatu), lawannya adalah نسيته (aku melupakannya). Dalam kitab Lisan al-‘Arab dituliskan bahwa zikir adalah senantiasa menjaga ingatan, baik dengan hati maupun dengan lisan.
Dipertegas lagi oleh al-Asfahaniy bahwa makna zikir itu ialah ingat, maksudnya ingat dengan hati dan ingat dengan lidah, ingat dari kelupaan mapun dari ketidaklupaan, serta sikap untuk selalu menjaga dalam ingatan.
Adapun secara terminologi, istilah zikir banyak didefenisikan oleh para ulama, di antaranya: menurut Sayyid Qutb, zikir kepada Allah bukan sekedar yang dilafadzkan dengan lidah saja, tetapi kesadaran (yang terdapat di dalam hati) dilafadzkan atau tidak, dan merasa dengan Allah dan wujudnya. Kesadaran dan perasaan yang demikian menimbulkan kesan atau pengaruh yang membawa kepada keta’atan guna mendekatkan diri kepada Allah .
Hasbiy al-Shiddiqiy berpendapat bahwa zikir itu ialah menyebut Allah dengan membaca tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la ilaha illallah), membaca tahmid (alhamdulillah), membaca taqdis (quddusun), membaca takbir (allahu akbar), membaca haughalah (la haula wala Quwata illa billah), membaca hasbalah (hasbiyallahu), membaca basmalah (bismillahirrahmanirrahim), membaca al-Qur’anul Madjid dan membaca do’a-do’a yang ma’tsur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi saw.
Selain itu, zikir juga dipandang sebagai mengingat akan Allah SWT dan menyebut-Nya. Ini diwujudkan dengan mengerjakan segala pekerjaan yang berupa keta’atan kepada Allah SWT. sehingga, majelis-majelis yang diadakan untuk mempelajari persoalan agama, bisa juga dinamai “majlis zikir”.
Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah mengungkapkan bahwa zikir pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah. Walaupun makna ini kemudian berkembang menjadi “mengingat”, namun demikian, mengingat sesuatu seringkali mengantar lidah menyebutnya. Kalau kata “menyebut” dikaitkan dengan sesuatu, maka apa yang disebut itu adalah namanya. Sedangkan dzikr Allah berarti mengingat Allah dengan hati, yakni tidak lupa atau lengah. Shalat dan zakat juga mengandung zikir, maka ini mengisyaratkan zikir yang bersifat amaliyah dan telah tertentu waktu-waktunya. Dengan demikian, ada dua jenis zikir. Pertama, zikir yang berkesinambungan tanpa henti. Kedua, zikir pada waktu-waktu tertentu seperti shalat dan zakat.
Di samping itu, para ulama juga mengemukakan pendapatnya mengenai ruang lingkup zikir kepada Allah, di antaranya:
1. Nurcholis Madjid mendefenisikan zikir kepada Allah itu ialah meliputi semua aktivitas manusia yang membuatnya dekat dengan Allah, seperti mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.
2. Ibn Al-Qayyim al-Jauziyah dalam Kitab Za’adul Ma’ad menjelaskan bahwa Nabi saw. adalah makhluk yang paling sempurna berzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Bahkan semua perkataannya terhadap umat merupakan zikir kepada Allah SWT, hukum, perbuatan, janji, peringatan, saat memuji-Nya, berdo’a, tasbih, mengagungkannya, saat diam, berdiri, duduk, telentang, berjalan, naik kendaraan dan semua gerak-gerik beliau merupakan zikir kepada Allah.
3. Menurut Hasan al-Bana yang dimaksud dengan zikir bukanlah ucapan lidah semata-mata, tetapi taubat pun termasuk zikir, dan tafakkur adalah jenis zikir yang tertinggi. Menuntut ilmu yang diridhai Allah termasuk zikir pula. Mencari rezki dengan niat yang baik dan diridhai Allah, adalah zikir. Karena itu orang yang ‘arif´(bijaksana), adalah orang yang senantiasa zikir setiap waktu, dan berbagai situasi dan kondisi.
Dari beberapa definisi dan ruang lingkup zikir di atas, maka makna zikir itu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu zikir dalam arti umum dan zikir dalam arti khusus.
1. Zikir dalam arti umum adalah keadaan ingat kepada Allah SWT, menta’ati-Nya dan mengamalkan segala ajaran-Nya.
2. Zikir dalam arti khusus adalah menyebut nama Allah serta memuji-Nya yang diakhiri dengan mengingat-Nya di dalam hati.

B. Zikir dalam Al-Qur`an
Dalam kitab suci al-Qur`an al-Karim dijumpai lebih kurang 285 ayat yang menyangkut masalah zikir yang tersebar dalam 71 surat. Di antaranya dapat dikelompokkan menjadi beberapa variasi:

1. Perintah berzikir.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا(41)وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا(42)
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.

2. Bentuk larangan dari berbuat lalai dan lupa.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.
وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.

3. Memperbanyak zikir untuk mencapai kemenangan.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.

4. Balasan bagi pelaku zikir berupa berita gembira tentang ampunan dan surga yang disiapkan Allah untuknya.

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta`atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu`, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.


5. Kerugian bagi siapa yang melalaikan zikir
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

6. Orang yang berzikir akan diingat oleh Allah.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) -Ku.

7. Berzikir adalah di antara ciri-ciri orang-orang yang menggunakan akalnya dengan baik.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَاب ِ(190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.

8. Menjadikan zikir sebagai pembuka dan penutup amal shalih, seperi penutup ibadah shalat.
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Memperhatikan ayat-ayat di atas, maka bentuk zikir dalam al-Qur`an itu ditemukan dua macam, yaitu zikir lisan dan zikir qalbu. Hal ini lazim diartikan dengan istilah zikir dengan lisan dan zikir dengan hati. Masing-masing keduanya memiliki dua bagian, yakni zikir dari kelupaan dan zikir tidak dalam kelupaan atau selalu menjaga ingatan.
Rasulullah saw. mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa menjadikan lidah basah karena menyebut nama Allah sebagaimana yang diriwayatkan al-Tirmidziy:
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ حُبَابٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإِسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِي بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ قَالَ لَا يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
…Seorang pria bertanya kepada Rasulullah saw., Ya Rasulullah! telah banyak syari’at Islam yang saya pelajari. Maka sekarang tolong ajarkan kepada saya amalan apakah yang senantiasa harus saya lakukan setiap waktu?, jawab Rasulullah:”hendaklah lidahmu senantiasa basah karena nama Allah.”
Tepatlah kiranya jika Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa berzikir dengan cara mengingat dan menyebut-Nya setiap saat, keadaan dan kesempatan. Kondisi yang demikian akan menjadikan diri manusia senantiasa memiliki hubungan batin kepada Allah dalam segala aktivitas kehidupannya, sehingga tidak pernah lalai dari aturan-aturan Allah yang tercermin dari pola pikir, pola tindak dan segala bentuk amal perbuatannya. Oleh sebab itu, bentuk amal perbuatan yang baik dan dilakukan semata-mata untuk mengharapkan ridha Allah merupakan bentuk kongkrit atau manivestasi dari zikir yang sesungguhnya.

C. Fadhilah Zikir
Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk senantiasa berzikir tanpa mengenal waktu dan tempat dengan zikir yang tidak dibatasi jumlahnya, sebagaimana firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا(41)وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.

Tujuan dari berzikir di setiap saat ini, agar manusia senantiasa ingat kepada Allah yang selanjutnya menumbuhkan sikap patuh kepada hukum-hukum-Nya, baik berupa perintah maupun larangan-Nya. Kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus ini akan memberikan dampak yang sangat bermanfaat bagi sang pezikir. Yang terpenting dari semua itu adalah secara perlahan namun pasti, sang pezikir itu akan selalu terhubungkan dengan asma Allah.
Sesungguhnya kewajiban agama seperti shalat, puasa, zakat, haji, amar ma’ruf nahi munkar, bahkan jihad di jalan Allah, semuanya itu dalam rangka untuk mengingat Allah, untuk berzikir kepada-Nya. Inilah yang dimaksud oleh ayat ini sehingga zikir menjadi sesuatu yang sangat penting:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Al-Qur’an juga mengatakan bahwa orang-orang yang senantiasa berzikir dan tafakur di setiap saat dan dimanapun mereka berada sebagai orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang menggunakan akal mereka.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ(190)الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ(191)
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa zikir itu mendorong seseorang untuk menggunakan akalnya dalam melihat kebesaran Allah SWT dan mensyukuri segala apa yang telah diciptakan-Nya.
Zikir dalam bentuk bacaan ayat-ayat pilihan atau melakukan ibadah, baik dengan mengeraskan suara atau tanpa mengeraskan suara, dapat mencegah dari perbuatan maksiat.

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Isyarat ayat di atas juga menyatakan bahwa zikir (mengingat Allah) itu dapat membimbing seseorang untuk lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan agar dirinya tidak terseret ke jalan yang salah. Sebab ia yakin bahwa Allah senantiasa melihat atau mengawasi segala perbuatannya.
Kemudian, zikir juga mempunyai kekuatan untuk menyadarkan seseorang atas segala kesalahan yang telah dilakukannya sehingga membawa dirinya untuk kembali ke jalan Allah SWT.

وَيَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ ءَايَةٌ مِنْ رَبِّهِ قُلْ إِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ(27) الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Orang-orang kafir berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) tanda (mu`jizat) dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan menunjuki orang-orang yang bertaubat kepada Nya", (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Hati dan relung dada yang diterangi cahaya zikir akan merasakan kesejukan mental spritual, karena cahaya zikir akan menjadikan hati sang pezikir menjadi hangat dan tenteram. Apabila hati seseorang telah tenang karena mengingat kebesaran Allah SWT., maka ia akan menuju ke arah suri teladan yang utama, dan iapun dapat mengabaikan segala godaan nafsu dan syahwat.

Diriwayatkan dari Abu Musa al-‘Asy’ariy ra., bahwa perbandingan antara yang berzikir dengan yang tiada berzikir adalah bagaikan orang yang hidup dengan orang yang mati, ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan al-Bukhariy:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
“…dari Abu Musa r.a berkata: Rasulullah saw. bersabda: perumpamaan orang yang berzikir dengan orang yang tidak berzikir adalah seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.”
Orang yang selalu berzikir, hatinya akan selalu hidup dalam keadaan mengingat Allah, sehingga semua tindak tanduk perbuatannya akan selalu terjaga dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Sebaliknya, orang yang tidak mau berzikir kepada Allah, maka hatinya akan mati dan tertutup untuk mengingat Allah, sehingga tercermin dalam tingkah lakunya sehari-hari yang penuh dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Dari semua fadhilah zikir yang disebutkan dalam al-Qur`an dan hadis Nabi di atas, penulis berkesimpulan bahwa zikir kepada Allah dapat menjadi pangkal dari segala kebajikan. Al-Qur`an sendiri banyak menganjurkan orang untuk selalu berzikir kepada Allah. Oleh karena itulah, dzikr Allah menjadi demikian pentingnya dalam kehidupan seseorang. Namun demikian, akibat-akibat baik yang ditimbulkan oleh zikir itu tidak akan dapat dicapai kalau hanya sekedar gerakan lidah semata, tanpa diiringi dengan keyakinan hati yang sepenuhnya. Dengan berzikir kepada Allah secara terus menerus dan sesuai tuntunan niscaya akan membuat hati menjadi segar dan bergairah untuk melakukan amal saleh. Semua itu bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semangat inilah yang mendorong sang pezikir untuk giat melakukan berbagai ibadah. Sehingga tujuan dari zikir itu sendiri adalah bermuara kepada meningkatkan ketakwaan seorang hamba kepada Allah SWT, yaitu dengan cara senantiasa menta’ati perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Dengan Wallahua’lam bi Shawab.

No comments:

Post a Comment

Siapapun Bisa Berwakaf